Autumn

Hampir seminggu Jamie tidak nampak gadis idamannya di taman . Entah ke mana hilangnya bidadari berhati dingin itu pergi . Bangku itu , sudah berhari-hari kosong . Jika dilihat pada timbunan daun yang gugur di keliling bangku tersebut seolah sudah lama bangku itu tidak diusik .  Kalau dulu , sering saja tempat itu menjadi tempat istirehat bidadarinya , seorang gadis yang sering berpakaian serba hitam . Bercelak hitam tebal , rambut perang yang kelihatan tidak terurus tetapi cantik . Gadis itu akan sentiasa berada di bangku yang sama setiap petang bersama pensil dan buku 'sketch' berwarna hitam . Tangannya menari-nari melakar sesuatu yang Jamie tidak pernah berkesempatan untuk melihat . Ketika matahari mula terbenam , gadis idamannya akan berhenti melukis . Sebelum beransur pulang , seperti kebiasaannya gadis itu akan menangis . Jamie tertanya-tanya hingga ke hari ini . Mengapa menangis ? Tetapi Jamie tidak mempunyai keberanian yang teguh untuk tampil dan bertanya . Bimbang dicop sebagai penyibuk . Lalu ditelankan sahaja pertanyaan yang tergantung di hujung bibirnya .

Jamie melepaskan keluhan panjang , kesal dan buntu . Kemana hilangnya si pencuri hati . Mungkin terlalu bodoh untuk Jamie mengungkap perasaan rindu padahal dia hanya orang asing yang tidak disedari kewujudannya oleh si gadis . Tetapi hatinya sakit , memberontak ingin melihat wajah tenang dan sayu gadis pujaan hatinya . Wajah yang sentiasa pucat tetapi tenang untuk dipandang . Tidak pernah senyum . Jamie memerhati kelilingnya . Mana tahu kalau-kalau gadis itu sudah menukar lokasi . Mungkin gadis itu sedar dirinya sering diperhatikan oleh Jamie dari jauh . Tetapi tidak ada figura yang di carinya . Hanya sekumpulan gadis yang terlalu normal , memandang ke arah Jamie dengan tingkah laku gedik yang dibuat-buat . Tersenyum gatal . Jamie berpaling ke arah lain , meluat . Semua gadis ini spesis gatal yang cukup meluat untuk dijadikan teman . Tidak seperti bidadarinya . Jauh lebih sempurna .

Setelah berjam-jam menunggu , Jamie berputus-asa . Dia dapat mengagak gadis yang ditunggu tidak akan muncul . Perlahan-lahan dia berjalan ke bangku kosong yang dari tadi diperhatikannya dan duduk . Sekali lagi Jamie mengeluh . Hatinya sakit menahan rindu yang membuak-buak . Ingin saja diluahkan tetapi seolah peluang itu telah lama berlalu meninggalkannya . Jamie tunduk memandang ke tanah sambil tangannya menekup muka . Cuba ditahan air mata lelaki yang ingin keluar tanpa sebab . Tidak . Ianya bersebab . Tetapi satu alasan bodoh . Kerana rindukan gadis yang tidak dikenali . Bodoh ! Memang terlampau bodoh .

Tiba-tiba bahunya ditepuk . Perlahan-lahan Jamie mengangkat muka . Seorang budak perempuan bergaun putih dan berambut panjang berdiri tegak di hadapannya . Tersenyum lebar . Jamie diam , kaget melihat gadis itu . Seperti biasa dilihat tetapi lupa di mana wajah itu pernah ditatap . Budak perempuan itu menarik tangan Jamie dan diletakkan segulung kertas lukisan pada tangannya . Jamie memandang lama budak perempuan itu . Pandangannya beralih pula pada gulungan kertas lukisan yang diletakkan pada tangannya tadi . Perlahan-lahan gulungan lukisan itu dibuka . Jamie terkedu , diam melihat potret wajahnya . Setiap butiran dilukis dengan kemas dan betul . Rambutnya yang panjang , hidungnya , malah skarf yang slalu dililitkan dilehernya juga dilukis mirip skarf miliknya . 

Belum sempat Jamie ingin bertanyakan tentang lukisan itu pada budak perempuan yang memberikannya , kelibat budak perempuan itu sudah hilang . Jamie mencari-cari budak perempuan itu di kiri dan kanan tetapi tidak kelihatan . Jamie diam dan buntu . Lukisan tadi di tatap semula . Pada bahagian bawah kiri kertas lukisan itu tertulis sesuatu yang membuatkan Jamie tersenyum dan menangis tersedu-sedu pada petang itu . Daun akan terus berguguran mengisi bangku kosong yang pernah menjadi tempat duduk seorang bidadari .

             -Autumn-

         18 March 2008

     St. John Medical Centre